Kami berlayar di atas sungai, bukan laut.
Sungai perlu waktu untuk bermuara; 9 tahun lamanya, laut
jauhnya tak terkira.
Kami mendayung, suara angin mendayu. Di atas perahu kami
memijak air dan dipijak awan.
Kami bergandengan; khawatir salah satu dari kami jatuh.
Jatuh. Menyerah pada air. Mati.
Kami berjuang untuk laut.
Air terlalu kuat,
angin tak lagi selembut lembu.
Aku karam, aku tenggelam.
Tangan kirinya kokoh menggapai, menggapai air
menyingkirkanku.
Kaki kananku terpaut batu. Siku kiri terkikis miris. Dagu
ditopang malu.
Wajahku tak secantik dahulu. Sudah kalah oleh irisan batu.
Kapalku sudah melaju.
Aku payah. Tapi tak ingin kalah.
Walaupun akhirnya harus menyerah.
Tak sampai laut aku harus kalah.
Laut terlalu jauh untuk ditempuh pencundang sejenisku.