Saturday, February 28, 2015

Janjiku pada Semesta

Janjiku pada semesta adalah untuk tidak kembali jatuh hati. Karena aku, dan semesta, khawatir jatuhku pada tempat yang salah. Khawatir kembali tersayat pedih.

Janjiku pada semesta adalah untuk menjaga hati. Agar tidak berlari terlalu jauh mengejar Pelangi. Karena aku, dan semesta, tahu bahwa Pelangi tidak dapat diraih, tidak dapat digapai. Terlalu jauh. Terlalu sulit. Dan jika akhirnya aku bertemu dengan Pelangi, ia tidak dapat disentuh. Karena satu-satunya cara menyayangi Pelangi adalah dengan berada jauh darinya, bukan memeluk atau menggapainya. Pelangi adalah bahagiaku, yang semu. Tampak tapi tak tergenggam. Terlihat manis tapi tak dapat dirasa.

Dan kamu… Pelangiku…

Pada akhirnya aku melanggar sumpahku pada semesta. Akhirnya aku kembali jatuh. Karena yakinku bahwa hati tak pernah salah memilih. Tapi kemudian aku sadar, bukan hanya mata yang mampu berbohong, hati pun mampu demikian.

Pada akhirnya aku kembali tersayat pedih. Ringkih.

Pada akhirnya aku harus mau kembali berada jauh dari Pelangi, Pelangiku. Ah, tentu saja bukan Pelangiku. Berada disisi terjauh di Bumi.

Sumpahku pada semesta adalah untuk kembali bahagia. Karena sebelum terbit Matahari, hujan turun dan muncul Pelangi, aku pernah bahagia…

Dan kamu… adalah pelangi, tersimpan di sebuah toples besar berisikan coklat lezat dengan merah-kuning-hijaumu.

Maafkan aku yang payah ini ya…

Maafkan aku…

Maafkan aku, semesta.