Banyak wanita
yang berkelut di otak, juga di jiwa. Mereka yang aku cintai dan pernah aku
cintai akhirnya harus melangkah jauh dariku. Aku tidak pernah mengerti apa yang
mereka pikirkan, aku pun tidak begitu peduli. Aku hanya peduli ketika mereka benar-benar
mengerti bagaimana aku mencintai mereka. Setidaknya, jika memang mereka
benar-benar menggunakan otak mereka, mereka tidak akan menyakiti siapapun.
Termasuk aku.
Aku
benar-benar bingung. Mengenai wanita, juga malaikat cinta. Aku tidak cukup percaya
tentang malaikat cinta. Sebuah keajaiban yang mampu
membuat jarak yang begitu jauh menjadi sangat dekat, melembutkan yang kasar dan
mengubah kelabu menjadi merah muda. Menurutku, itu hanya cerita konyol untuk
membuat anak-anak tertidur. Atau bahkan untuk membuat seseorang tetap bertahan
pada kesendiriannya karena menunggu malaikat cintanya memberikan hadiah yaitu
seorang pasangan hidup. Konyol, bukan? Ya, hal konyol tersebut terjadi pada
salah satu temanku, Dave. Neraides
tampan –bukan berarti aku tidak tampan, tapi ia memiliki wajah yang lumayan
menurutku. Ia adalah kawan yang sangat baik, dan menurutnya, malaikat cinta
telah memberikannya hadiah seorang neraides
cantik dari kerajaan Omorfo. Namanya Navi. Cantik, menurutnya. Dan itu hal
konyol yang pernah dengar, ia mendapatkan Navi bukan karena diberi oleh
malaikat cinta, tetapi karena memang Dave itu tampan. Neraides wanita mana yang tidak jatuh cinta melihat ketampanannya?
Suatu
hari aku ditemani Dave dan Navi berburu. Dan seperti dugaanku, mereka membuatku
iri. Aku ingin ada yang menemani ketika berburu dan bukan dua orang neraides yang sedang indah dunianya.
Maksudku, aku ingin ada seorang prinkipissa
yang ada disini.
“Jadi
, prinkipas, kenapa kau tidak ajak
kekasihmu saja?” celetuk Navi. Sebenarnya kalimat itu cukup tajam untuk
membunuh seekor Kerberos –sejenis kelelawar besar berkepala tiga. Kemudian Dave
menyenggol siku Navi.
“Maaf,
aku tidak bermaksud.” lanjut Navi.
“Tak
apa.” sahutku santai. “Aku memang belum menemukan yang pas.”
“Kau
ingin yang seperti apa, prinkipas?”
sela Dave.
“Aku
ingin seorang prikipissa yang cantik,
baik hati, periang dan….”
“Manis?”
“Ya,
manis. Aku ingin seorang pendamping yang manis.”
“Aku
bisa mengenalkan seseorang padamu.”
“Siapa?”
“Sahabatku,
prikipissa di Omorfo, namanya Zakhiree
tapi panggil saja Rere. Kau bisa menemuinya di taman kerajaan, di bagian mawar.
Ia selalu disana setiap sore.”
“Ia
menyukai mawar?”
“Ia
mencintainya.”
Aku
mengikuti nasihat Navi. Siapa tahu, ia adalah wanita yang selama ini aku cari.
Dan, benar saja, ia ada disana. Ia lebih cantik dari apa yang aku bayangkan
sebelumnya. Ia tak begitu putih, tapi sangat cantik. Manis. Dan kau tahu,
ketika mentari sore memantulkan cahanya ke Zakhiree, itu membuatnya makin
terlihat mempesona. Ia periang, terilihat jelas bagaimana ia tersenyum. Matanya
tajam, tapi masih penuh kedamaian. Dan aku rasa, ia yang aku cari selama ini.
“Boleh
aku duduk disini?”
“Tentu
saja.” kau harus tahu betapa ramahnya ia. “Jadi? Kau siapa? Kita Belum pernah
bertemu sebelumnya, kan? Kau tampak asing.”
“Haha
aku pun belum pernah bertemu denganmu, aku Orfeus. Dan kau, prinkipissa?”
“Aku
Zakhiree, panggil saja Rere.”
“Jadi
kau sering kemari?”
“Ya
begitulah. Aku senang berada disini. Rasanya tenang sekali.”
Kami
berbincang sangat lama dan aku rasa aku mulai menyukainya.
“Kita
bisa bertemu lagi?”
“Mungkin.
Tapi terima kasih sudah menemaniku sepanjang sore ini. Kau memang pria yang
baik.”
“Terima
kasih, prinkipissa. Kau mau aku antar
ke istana?”
“Tidak,
terima kasih sebelumnya, tapi Omorfo tak jauh dari sini dan aku rasa aku bisa
sendiri.”
“Oh
baiklah, aku tak bisa memaksa. Sampai jumpa, prinkipissa.”
Kau
tahu, sore itu adalah sore terindah dalam hidupku.