Mungkin saja, malam ini ia kesepian.
Tau kah?
Ringkih ia menangis, pedih. Kedua sikunya menyentuh lantai.
Setidaknya ada bagian
tubuhku yang masih dingin, ucapnya.
Karena yang lain sudah
terasa panas. Lantai memang tempat yang menyejukkan.
Ia hanya kesepian.
Setidaknya Tuhan lihat
apa yang terjadi.
Setidaknya aku punya
Tuhan untuk diperintah, seperti: Tuhan beri hamba IPK 4!
Atau untuk meringis
pedih, seperti: Tuhan, kuatkanlah…
Sadar kah?
Baru saja mahasiswi ini tertawa. Baru saja ia mengepang
rambut temanya.
Tawanya lepas.
Malam ini, wajahnya menadah langit, ia berkata: Tuhan, aku sangat percaya, cerita yang
sedang dirancang untukku adalah scenario paling indah. Lalu Tuhan, kenapa tidak
skenarioku yang dipakai? Agar aku lebih bersyukur telah dihidupkan hari ini.
Malam ini, ia lelah. Seharusnya tawanya jauh lebih keras malam
ini. Tapi sepertinya Tuhan ingin sikunya tetap menyentuh lantai.
Tau?
Ia sedang merindu.
Ini caranya agar tetap dingin. Dan kuat.
Karena ia pun percaya, dinginnya lantai dapat kalah oleh
Matahari. Besok pagi.