Thursday, February 7, 2013

I'm a Prinkipissa


Andaikan malaikat cinta itu memang benar adanya, aku ingin bertemu dengannya. Aku ingin beri tahu sesuatu. Aku jatuh cinta… Tapi hingga saat ini aku belum bertemu dengannya. Navi pernah bercerita bahwa malaikat cinta itu nyata. Ia mampu membuat jarak yang begitu jauh menjadi sangat dekat, melembutkan yang kasar dan mengubah kelabu menjadi merah muda. Navi adalah seorang neraides yang baik hati. Ia sangat cantik dan baik hati. Ukuran tubuhnya tidak lebih dari dua inci yang membuatnya sangat lucu. Sayap mungilnya membuat ia sangat gesit ketika ada yang membutuhkan bantuannya. Oh ya, ia juga sangat pandai memainkan lira—alat musik dewa.
“Lalu bagaimana, prinkipissa?” Navi mengagetkanku.
“Apanya yang bagaimana, Navi?”
“Bagaimana dengan prikipas-mu?”
“Aku belum cukup mengenalnya, Navi. Aku tidak begitu yakin ia akan jatuh cinta kepadaku. Dia sangat tampan, matanya indah juga senyumnya. Navi, kau harus lihat betapa sempurnanya ia.”
“Haha sepertinya ia sudah mampu menaklukan hatimu. “
“Ya begitulah. Aku ingin mengenalnya lebih jauh. Aku, ah, aku benar-benar tak tahu apa yang harus aku katakan.”
“Kau ingin aku melakukan sesuatu untukmu, prinkipissa?”
“Tidak. Kau sudah sangat baik mau mengenalkannya padaku. Terima kasih banyak, Navi. Kau memang neraides paling sempurna!”
Navi terbang ke mahkota Tulip. Ia senang sekali berada disana.
“Jadi, prinkipissa, kapan kau akan kembali bertemu dengannya?”
“Hhh… Entahlah, Navi, aku malu sekali.”
“Kau tidak boleh terus begini, prinkipissa. Kau harus mau bertemu dengannya. Kau hanya perlu sebuah awalan, mengerti?”
“Aku mengerti.”
“Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang?”
“Berpikir.”
“Berpikir untuk?”
Kalimat-kalimat Navi terus terbayang. Aku tahu aku melakukan hal bodoh ketika aku terus lari dari prikipas-ku. Tapi, Tuhan, aku malu. Aku mau membiarkan Cupid bekerja. Sama seperti yang ia lakukan pada Euridike.  

No comments:

Post a Comment